Menguak Kebenaran Valentine's day
Setelah Pesta Tahun Baru ditiap awal tahun, kini masyarakat pun sibuk dengan ‘pesta’ berikutnya. Bulan Februari yang dikenal sebagai sebuah bulan yang penuh kasih sayang dan cinta, masyarakat dunia pun tentu tidak ada yang tidak tahu bahwa setiap tanggal 14 Februari akan ada sebuah perayaan besar bernamaValentine Day’s.
Perayaan ini dahulunya adalah salah satu hari raya bangsa Romawi yang menganut paganisme (menyembah berhala) semenjak lebih dari 17 abad yang lalu. Perayaan valentine tersebut dimaksudkan oleh mereka sebagai sebuah pengungkapan dan pembuktian cinta kepada sesembahan mereka.
Para ahli sejarah mengatakan bahwa dasar dan sejarah dari asal muasal hari kasih sayang ini kebanyakan memiliki latar belakang yang tidak jelas sama sekali. Memang dari beberapa sejarah yang menjadi dasar akan adanya hari kasih sayang ini memiliki beberapa kesamaan terutama dari nama tokoh sejarah yang sama, namun dari segi alur cerita, waktu dan tempat terjadinya ternyata terdapat banyak sekali versi. Masalah ini timbul karena budaya hari kasih sayang ini hanyalah sebuah budaya yang diturun temurunkan oleh Bangsa Romawi kepada keturunan mereka berikutnya termasuk kepada kaum nasrani pewaris mereka.
Di sisi lain, ada pula para ahli sejarah yang mencoba mengurutkan sejarahnya. Mereka mengatakan bahwa budaya ini telah ada semenjak abad ke-4 SM. Pada awalnya bukanlah bernama Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang, dan tanggalnya pun bukan tanggal 14 Februari. Dikatakan bahwa cikal bakal budaya tersebut ada pada budaya perayaan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Februari. Perayaan tersebut ditujukan untuk menghormati Dewa Lupercus (dewa kesuburan yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing), acara ini dilakukan dengan mengadakan sebuah upacara dan di dalamnya diselingi dengan sebuah sesi untuk mengambil undian dengan tujuan untuk mencari pasangan. Para gadis atau wanita yang tidak punya pasangan akan menuliskan namanya dalam sebuah kertas kemudian memasukkannya ke dalam sebuah tempat untuk mengundi. Berikutnya para lelaki akan menarik gulungan kertas yang ada secara acak yang berisikan nama para wanita tadi. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun hingga upacara tahun depannya lagi dan sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah tidak memiliki pasangan lagi, para wanita tadi pun akan melakukan hal yang sama kembali dan seterusnya.
Sementara itu, diceritakan pula bahwa pada 14 Februari 269 M telah meninggal seorang pendeta kristen sekaligus seorang dokter (tabib) dan dikenal dengan nama Valentine. Pada saat itu ia hidup di masa Kaisar Claudius yang dikenal luas sebagai seorang kaisar yang kejam., dan ia sangat membenci kaisar tersebut.
Kaisar Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar dan kuat, karena itulah ia menginginkan semua pria yang ada di wilayah kerajaannya bergabung di dalamnya dan menjadi pasukannya. Sayangnya, banyak orang yang menentang keinginannya ini. Hal ini disebabkan karena para pria tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Tentu saja hal ini membuat Kaisar Claudius marah dan ia pun memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide yang sangat gila.
Kaisar Claudius berpikir jika para pria tidak menikah maka mereka tidak akan memiliki alasan lagi untuk tidak bergabung menjadi pasukan kerajaannya. Lalu Kaisar Claudius pun melarang adanya pernikahan di kerajaannya. Masyarakat di dalam kerajaannya menganggap bahwa ide ini sangat tidak masuk akal, terutama para pasangan muda. Karenanya St. Valentine pun menolak ide gila Kaisar Claudius ini.
St. Valentine pun tetap melaksanakan aktivitasnya untuk menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia sebagai seorang pendeta. Lama kelamaan aksi ini akhirnya diketahui oleh Kaisar Claudius dan kontan kaisar pun langsung marah. Awalnya ia hanya memberikan peringatan kepada St. Valentine namun tidak pernah digubris dan St. Valentine tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Hingga pada suatu malam, ia tertangkap basah ketika memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun sayang St. Valentine tidak berhasil melarikan diri dan akhirnya ia pun dijebloskan ke dalam penjara. Keesokan harinya ia divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Kematian St. Valentine ini bertepatan dengan tanggal 14 Februari. Kisahnya pun menyebar dan meluas ke seluruh Roma hingga tak ada seorang pun yang tak mengetahui cerita ini. Kakek dan nenek mewariskan cerita ini ke anak cucunya dan seterusnya.
Pada tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang sebelumnya dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi oleh gereja. Beberapa tahun kemudian, tanggal perayaan diganti menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan bahkan pengkultusan (pengagungan) pada dirinya. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan “Valentine Days”
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang atau Valentine Day’s ini pun menjadi semacam rutinitas atau budaya ritual bagi kaum gereja. Agar tidak terlihat formal, maka perayaan ini dibungkus dengan saling memberi hadiah dan hiburan-hiburan.
Free Sex on Valentine
Jika kita mengartikan valentine sebatas pada berbagi hadiah, coklat, mengucapkan rasa kasih sayang maka sesungguhnya kita telah keliru. V-Day tidak hanya berhubungan dengan hal-hal tersebut, akan tetapi juga identik dengan kondom dan seks bebas. Berdasarkan pantauan dari beberapa daerah, permintaan kondom menjelang valentine meningkat pesat. Di Kota Medan misalnya, berdasarkan pantauan dari wartawan Antara, ternyata ditemukan fakta bahwa penjualan kondom di apotek meningkat pesat. Parahnya, fenomena ini terjadi merata hampir di semua daerah.
Pada dasarnya fenomena ini tidaklah aneh. Fakta lain pernah disampaikan oleh dr. Andik Wijaya, M. Rep.Med, seorang seksolog dari Surabaya. “Sekarang V-Day nuansanya cenderung romantis dan erotis” tuturnya. Tentu ini bukan omong kosong, salah satu faktor yang mengsukseskan erotisme saat perayaan Valentine adalah makanan khas V-Day berupa coklat. Menurut dr. Andik, coklat mengandung zat yang disebut Phenyletilamine atau zat yang bisa membangkitkan gairah seksual.
Budaya Valentine memang telah bertranformasi menjadi berbagai macam budaya yang ada. Di Inggris, pada 14 Februari malah dicanangkan sebagai Hari Impoten Nasional dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman impotensi 2 juta pria inggris. Bahkan di AS lebih parah lagi, 14 Februari dijadikan sebagai Pekan Kondom Nasional yang dimaksudkan sebagai kampanye nasional penggunaan kondom, karena setiap perayaan V-Day selalu diikuti dengan peningkatan kasus HIV/AIDS. Padahal tingkat kegagalan kondom mencapai 33,3 persen, sehingga bisa dikatakan bahwa kondom tidak bisa mencegah secara penuh penularan penyakit mematikan ini.
Bagaimana dengan di Indonesia? 14 Februari memang tidak hanya menjadi satu momen untuk menyatakan cinta dari para pasangan muda namun juga telah jauh terjerumus pada sebuah perayaan maksiat yang sedemikian luar biasa besar. Perilaku seks bebas yang meningkat ketika Hari Kasih Sayang ini bukanlah sebuah isapan jempolan belaka, namun memang benar adanya. Kita bisa melihat di minimarket-minimarket di kota-kota besa, di sana bisa kita temukan ketika mendekati Hari Kasih Sayang ini berbagai macam produk makanan yang dijual bersamaan dengan kondom, seperti coklat misalnya. Ini adalah indikasi besar bahwa memang pada tanggal 14 Februari ini akan terjadi aktivitas free seks secara besar-besaran, dan untuk memfasilitasi hal tersebut maka dijualah berbagai macama produk makanan berhadiah kondom.
Seks bebas memang sudah menjadi semacam kebudayaan di kota-kota besar. Terbukti 1,3 juta Anak Baru Gede (ABG) di Jakarta pernah melakukan hubungan intim. Bahkan riset yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 650 ribu perempuan remaja sudah kehilangan keperawanannya. Dengan kata lain banyak dari mereka yang telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Kepala BKKBN, Dr. Sugiri Syarief dalam acara “Workshop Generasi Berencana dan Berkarakter” menyampaikan bahwa 50% dari total ABG yang berusia 15-17 pernah melakukan seks bebas. (nyatanyatafakta.info)
Sebenarnya, momen V-Day ini dijadikan sebagai sebuah alasan dan pembenaran untuk melakukan aktivitas di atas. Free Sex on Valentine? It’s real!
Lagi, budaya latah Muslim Indonesia!
Natal 25 Desember dirayakan, tahun baru 01 Januari pun dirayakan, sekarang V-Day 14 Februari pun dirayakan. Lalu agama apa yang dianut?
Jika ada yang mengatakan bahwa Indonesia tidak punya identitas yang jelas, sepertinya hal tersebut bisa dan sangat mungkin terjadi. Indonesia yang mayoritas muslim beragama Islam, namun justru aktivitas-aktivitas mereka jauh dengan apa dan bagaimana seharusnya seorang muslim. Perayaan-perayaan yang dilakukan pun jauh dari apa yang telah diperintahkan dan digariskan oleh Islam.
Kita melihat fakta ketika bulan Desember lalu, mayoritas kaum muslim di tanah air pun seolah-olah menanggalkan identitas mereka kemudian berpindah agama sesaat untuk merayakan hari raya yang tidak pernah ada di dalam Islam, hari natal. Padahal natal adalah persoalan aqidah yang dosanya akan sangat memberatkan bagi kaum muslim yang mengaku beragama Islam melakukannya, bahkan bisa jadi jatuh ke dalam kekafiran.
Kemudian pada bulan Januari, kaum muslim pun sibuk merayakan tahun baru yang notabene perayaan tersebut sama sekali tidak ada di dalam Islam. Kaum muslim bersedia menghabiskan waktunya, mengeluarkan uang mereka, pergi bersama teman-teman mereka hanya untuk merayakan sebuah perayaan yang sebenarnya merupakan perayaan orang-orang jahiliah.
Dan kini pada Bulan Februari, mayoritas kaum muslim Indonesia pun bersiap untuk menyambut dan merayakan sebuah perayaan yang sebenarnya sama sekali bukan berasal dari Islam, V-Day. Mayoritas kaum muslim jauh-jauh hari sudah menyusun rencana apa yang akan mereka lakukan dan acara apa yang akan mereka adakan atau hadiri bersama dengan pasangan mereka. Seolah sepaket dengan hal ini, di kota-kota besar pun berbagai macam suasana dibuat untuk menyambut datangnya V-Day, baik berupa penjualan coklat yang semakin marak sebagai tanda hari V-Day, atau dekorasi toko-toko, mall-mall, yang dibuat sesuai dengan tema V-Day, atau bahkan penjualan kondom yang semakin banyak dan meluas.
Seolah-olah memang benar bahwa Indonesia tidak punya identitas, meniru budaya barat dengan tujuan agar bisa maju dan berkembang seperti dunia barat. Padahal hal tersebut sama sekali tidak berhubungan. Bukti sederhana bahwa Indonesia adalah negara pembebek barat dan hampir kehilangan identitasnya.
Muslim : Say No to Valentine!
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa budaya valentine wajib kita tolak. Selain karena efek negatif nya yang luar biasa besar juga yang lebih penting adalah karena budaya ini dilarang di dalam Islam. Dan bagi mereka yang beragama Islam maka budaya ini bersifat haram untuk dilakukan.
Pertama, kita ketahui bahwa valentine berasal dari aqidah paganis (penyembah berhala) kaum romawi yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa cinta mereka kepada berhala yang mereka agungkan selain Allah SWT. Artinya barang siapa yang merayakan V-Day maka juga merayakan momen tersebut. Padahal Allah telah berfirman :
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)
Karena itulah seorang muslim wajib berhati-hati kepada sesuatu yang syirik ataupun aktivitas yang menghantarkan kepada kesyirikan seperti V-Day ini. Tentunya sudah diperingatkan secara tegas oleh Allah dan RasulNya tentang balasan bagi orang yang berbuat syirik, dan sesungguhnya siksa Allah sangatlah pedih dan Allah tidak pernah ingkar janji.
Kedua, bagi kaum muslim, hari raya yang mereka miliki hanyalah dua yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Disitulah kaum muslim memiliki serangkaian aktivitas ibadah, dan ritual sesuai dengan yang telah digariskan oleh Islam. Tentu tidak ada dalam ajaran Islam hari raya selain kedua hal tadi, maka begitu juga V-Day. Ia sama sekali tidak berhubungan dengan kaum muslimin dan tidak pantas untuk dirayakan kecuali memang ada tuntunan dari Rasulullah bahwa ada keharusan untuk melaksanakan dan merayakan V-Day. Ada suatu kaidah fiqh yang ma’ruf dikalangan para ulama besar : “Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).” Artinya segala macam aktivitas ritual di dalam Islam seperti shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya adalah haram awalnya hingga dalil memerintahkannya. Sedangkan V-Day sampai sekarang tidak pernah kita temukan dalil dan korelasi aktivitasnya dengan ibadah yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Karena itu haram hukumnya untuk melakukan perayaan V-Day.
Ketiga, para ahli sejarah banyak yang memperselisihkan akan dasar awal mula peringatan V-Day ini. Bahkan keterkaitan St. Valentine pun diperselisihkan, termasuk sebab dan kisahnya. Ada pula yang menganggapnya tidak pernah terjadi, hal ini membuat kaum nasrani tidak mengakui perayaan paganis yang mereka tiru dari bangsa Romawi paganis. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini karena menyebabkan timbulnya kerusakan akhlak pemuda dan pemudi akibat aktivitas-aktivitas dalam perayaan V-Day ini. Hingga kemudian dilaranglah perayaannya di Italia, pusat Katholik. Lalu kemudian perayaan ini muncul kembali dan tersebar di Eropa, berlanjut menular pada negeri-negeri kaum muslimin. Bila para pemuka Nasrani –pada masa mereka- saja telah mengingkari adanya budaya perayaan V-Day ini, maka tentu para ulama kaum muslimin dan para cendekiawannya wajib menerangkan hakikatnya dan hukum merayakannya kepada kaum muslimin secara luas. Sebagaimana wajib bagi kaum muslimin untuk mengingkari dan mengharamkan serta tidak menerima budaya jahiliah ini.
Keempat, sesungguhnya V-Day atau Hari Kasih Sayang adalah sebuah kedok untuk legalnya aktivitas free seks dan aktivitas-aktivitas maksiat lainnya. Sebelumnya telah disampaikan bagaimana momen ini dijadikan sebagai sebuah pembenaran atas nama cinta untuk melakukan aktivitas zina dan free seks. Di sisi lain, budaya ini juga adalah sebuah budaya rusak yang bertujuan untuk menghancurkan generasi pemuda kaum muslim hingga mereka menjadi tukang pesta dan ahli maksiat sehingga perubahan-perubahan besar yang seharusnya bisa mereka bawa demi membangkitkat umat tidak akan pernah terjadi. Padahal Allah berfirman :
“Dan janganlaah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra : 32)
Inilah beberapa alasan mengapa sebagai seorang muslim wajib menolak perayaan V-Day. Tentunya selain karena tidak adanya ajaran di dalam Islam mengenai perayaan hari ini, dan sikap yang tegas dari hukum Islam yang mengharamkan hal ini sebagai alasan utama. Juga alasan lain berupa fakta kerusakan yang ditimbulkan dari dilaksanakannya Valentine ini. Merebaknya free seks, zina, HIV/AIDS, dan kerusakan-kerusakan lainnya.
V-Day sesungguhnya bukanlah hari pembuktian cinta, atau hari kasih sayang karena justru pada hari ini lah kebanyakan manusia yang mengatakan mereka melakukan aktivitas seperti free seks, zina, dan lainnya atas nama cinta, sedang menodai arti cinta itu sendiri. Bagaimana mungkin cinta diartikan hanya sebuah pemuasan nafsu belaka? Pemenuhan kebutuhan biologis saja? Dan bagaimana mungkin atas nama cinta semuanya boleh dan legal untuk dilakukan.
Sesungguhnya Islam lah yang mampu menempatkan perasaan cinta pada manusia di tempat yang seharusnya. Islam tidak mengekang apalagi membunuh fitrah manusia untuk mencintai ini, namun juga tidak membiarkannya hingga menjadi tak terbatas dan menggila. Islam mengaturnya dengan sangat baik, menempatkannya di tempat yang seharusnya, dan menjaganya dengan sangat luar biasa. Hingga sesungguhnya cinta itu benar-benar indah, baik, dan juga membahagiakan. Cinta yang menjadi pewarna yang begitu baik di dunia, bukan justru yang seringkali menimbulkan kerusakan dan kemaksiatan yang luar biasa besar. Itulah cinta kepada Allah dan RasulNya, mencinta atas dasar aqidah Islam dan keimanan yang kuat.
Jika kita ingin membuktikan cinta kita maka buktikanlah dengan cara-cara yang telah ditetapkan oleh Islam. Dan sesungguhnya bukti cinta paling besar dan berharga adalah dengan taat kepada aturan Allah dalam setiap lini kehidupan, tidak kurang sedikitpun. Jika saat ini hukum Allah sedang ditanggalkan dan dicampakkan, maka menjadi sebuah kewajiban bagi kaum muslim untuk mengembalikannya di tempat seharusnya, yakni sebagai pengatur tunggal dalam kehidupan manusia. Itulah perjuangan untuk menerapkan syariat Allah dan menegakkan Khilafah Islamiyah sebagai pelindung dan pelaksana hukum-hukum Allah. Wallahu a’lam bi ash shawab.